AL-FATIHAH: Hukum-hukum Berkaitan


[Index] [Muqaddimmah] [Fadhilah] [Tafsir] [Carian]

Hukum Membaca Fatihah dalam sembahayang.
Ada pendapat:

Mazhab Shafii:
Mazhab Shafii dan mazhab jemhul ulama mengatakan membaca Fatihah itu wajib atas imam, makmum dan orang yang sembahayang seorang diri.

Mereka berdalil dengan hadis Nabi saw., "Man shalla shalatan lam yaqra' fiha biummil Qur'an fahiya khidaajun, ghairu tamamin (Siapa yang sembahayang tidak membaca Fatihah (Ummul Quran) maka sembahayang itu kurang, tidak sempurna).

Juga yang disebut dalam Bukhari - Muslim dari Ubadah bin Shamit r.a. Nabi saw. bersabda:
Laa shalaata linan lam yaqra' bifati Hatil kitab.
(Tidak sah sembahayang orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Fatihah).

Juga hadis Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Laa tujzi'u shalatun laa yuqra'u fiiha bi'ummil qur'an.
(Tidak sah sembahayang orang yang tidak membaca Ummul Quran (iaitu fatihah)).

Imam Syafii menetapkan wajib pada tiap rakaat. Al-Hasan dan ulama Basrah berpendapat yang wajib hanya dalam satu rakaat, mengambil dari mutlaknya kalimat dalam hadis tersebut.

Pendapat Abu Hanifah dan kawan-kawannya
Berpendapat tidak harus Fatihah, bahkan bila dapat membaca ayat yang mana saja sah sembahayangnya, mereka berdalil dengan al-Muzzammil Ayat 20,
Faqra'u maa tayassara minal Quran (al-Muzzammil). Bacalah mana yang ringan dari al-Quran. (al-Muzzammil 20).
Dan hadis Bukhari, Muslim mengenai orang yang salah dalam sembahyangnya, lalu oleh Nabi saw. ditegur, "Idza qumta ilas shalati fakabbir tsumma iqra' ma tayassara ma'aka minal Quran (Jika anda berdiri untuk sembahayang maka takbirlah kemudian bacalah seringannya dari ayat al-Quran.)
Karena dalam ajaran ini tidak menetapkan bacaan Fatihah atau lainnya, maka demikianlah pendapat kami.

Pada hadis tersebut ulama Shafii dianggungkan dan ditakwilkan dengan maksud yang seringnannya dari ayat al-Quran itu ialah Al-Fatihah. Ini kerana adalah barang yang mudah dari al-Quran dan pada kebiasaannya semua orang tahu membaca Al-Fatihah, atau suruhan membaca mana-mana yang mudah (ringan) dari al-Quran ialah bagi yang tidak tahu membaca Al-Fatihah, atau suruhan membaca ayat yang lain sesudah Al-Fatihah.

Wajib atas imam atau makmum?

Ada tiga pendapat:
Pendapat pertama:

Wajib atas makmum sebagaimana imamnya berdasarkan pengertian umum dari hadis di atas. Ini adalah pendapat di dalam mazhab Shafii.

Pendapat kedua:
Makmum tidak wajib apa-apa berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari Jabir r.a. Nabi saw. bersabda:
Siapa yang mempunyai imam maka bacaan imam itu juga sebagai bacaannya. (Hadis ini sanadnya da'if).

Pendapat ketiga:
Makmum wajib membaca dalam bagian rakaat yang sirri (bacaan imam perlahan-lahan), dan tidak wajib dalam bacaan imam yang jahri (keras) berdasarkan hadis riwayat Abu Musa al-Asy'ari r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya diadakan imam untuk diikuti, maka jika ia takbir, takbirlah kalian, dan jika ia membaca maka dengarkanlah dengan perhatian. (HR. Muslim).

Hukum membaca 'AMIN'
Abu Musa meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda,
"Jika Imam membaca Waladha dhaalliin, maka bacalah Amin niscaya Allah menerima dan menyambut kamu (permintaanmu). (HR. Muslim).

Dan sunat bagi siapa yang membaca Fatihah pada akhirnya membaca "Amin". Yang berarti, "Ya Allah terimalah".

Abu Hurairah r.a. mengatakan, Nabi saw. bersabda, "Jika Imam membaca Amin maka sambutlah (bacalah) amin, maka sesungguhnya siapa yang bertepatan bacaan aminnya dengan aminnya para Malaikat maka diampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu". (HR. Bukhari, Muslim).


[Index] [Muqaddimmah] [Fadhilah] [Tafsir] [Carian]