HUKUM MEROKOK
Dr. Yusuf Qardhawi
PERTANYAAN
Kami telah mengetahui pendapat Ustadz tentang hukum merokok,
dan kecenderungan Ustadz untuk mengharamkannya, karena dapat
menimbulkan mudarat bagi si perokok, baik terhadap badan,
jiwa, maupun hartanya, dan merokok itu merupakan semacam
tindakan bunuh diri secara perlahan-lahan.
Selain itu, kami juga ingin mengetahui pendapat Ustadz
mengenai bencana lain, yakni al-qat, yang tersebar diantara
kami di Yaman sejak beberapa waktu lampau dan sudah dikenal
di kalangan masyarakat, dari anak-anak muda hingga kalangan
orang tua, sehingga para ulama dan para pengusaha pun
memakannya tanpa ada yang mengingkari. Tetapi kami membaca
dan mendengar bahwa sebagian ulama di negara lain
mengharamkan al-qat ini dan mengingkari orang yang
membiasakan dan selalu menggunakannya, karena menimbulkan
mudarat dan israf, sedangkan Allah tidak menyukai
orang-orang yang israf (penghambur harta).
Kami mohon penjelasan mengenai masalah yang sensitif bagi
masyarakat Yaman ini. Mudah-mudahan Allah memberi balasan
yang baik kepada Ustadz.
JAWABAN
Hukum merokok itu sudah tidak diragukan lagi bahwa
ketetapan-ketetapan ilmu pengetahuan dan kedokteran modern
sekarang beserta dampak merokok bagi perokoknya, menguatkan
apa yang telah saya sebutkan secara berulang-ulang didalam
fatwa-fatwa kami serta apa yang telah kami jelaskan dalam
kitab kami Fatawi Mu'ashirah (Fatwa-fatwa Kontemporer),
Jilid 1, akan haramnya orang yang selalu melakukan hal yang
merusak badan dan harta serta memperbudak kemauan manusia
ini. Bahkan penemuan ilmu pengetahuan sekarang meningkat
lagi dengan ditemukannya sesuatu yang baru lagi berkaitan
dengan masalah merokok ini, yaitu apa yang sekarang dikenal
dengan istilah "perokok pasif," yaitu pengaruh rokok
terhadap orang yang tidak merokok yang berada dekat orang
yang merokok. Pengaruh atau akibat yang ditimbulkannya ini
sangat membahayakan kadang-kadang melebihi bahaya rokok
terhadap perokoknya sendiri.
Islam mengatakan:
"Tidak boleh memberi bahaya kepada diri sendiri
dan tidak boleh memberi bahaya kepada orang lain."
(HR Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan
Ubadah)
Maksudnya, janganlah kamu memberi mudarat (bahaya) kepada
dirimu sendiri; dan janganlah kamu memberi mudarat kepada
orang lain, sedangkan merokok itu menimbulkan mudarat kepada
diri sendiri dan kepada orang lain. Selain itu, syariat
diturunkan untuk memelihara kemaslahatan yang teramat pokok
bagi makhluk, yang oleh para ahli syariat diringkaskan pada
lima hal: din (agama), jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Sedangkan merokok menimbulkan mudarat terhadap
kemaslahatan-kemaslahatan ini.
Adapun al-qat, maka muktamar internasional pemberantasan
minum-minuman keras, narkotik, dan rokok --yang
diselenggarakan di Madinah al-Munawwarah dan disponsori oleh
al-Jami'ah al-Islamiyah di sana beberapa tahun lalu-- telah
memasukkannya kedalam kategori benda-benda terlarang yang
disamakan dengan narkotik dan rokok.
Tetapi banyak saudara kita dari syekh-syekh dan lembaga
pengadilan di Yaman menentang keputusan muktamar yang sudah
menjadi ijma' (kesepakatan) ini dan menganggap bahwa para
peserta muktamar tidak mengetahui hakikat al-qat. Menurut
mereka, peserta muktamar berlebih-lebihan dalam memutuskan
hukum serta terlalu ketat terhadap masalah yang tidak
terdapat larangannya di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Padahal, masyarakat Yaman sudah mempergunakannya sejak
beberapa abad yang lalu, termasuk para ulama, fuqaha, dan
shalihinnya. Mereka masih tetap mempergunakannya sampai hari
ini.
Diantara yang menentang keputusan itu ialah rekan kami yang
alim dan penuh ghirah, yaitu Qadhi Yahya bin Luth
al-Fusayyil, yang menerbitkan sebuah risalah untuk ini
dengan judul "Dahdhusy-Syubuhat Haulal-Qat" (Membantah
Syubhat Seputar Masalah al-Qat) yang memuat beberapa
pengertian (pemikiran) sebagaimana yang saya isyaratkan di
muka. Dia menyangkal adanya unsur keserupaan antara al-qat
dengan narkotik, sebagaimana ia juga menyangkal adanya
mudarat seperti yang dikemukakan oleh orang-orang yang
bersikap keras. Akan tetapi, ada sesuatu yang bersifat
khusus berkenaan dengan sebagian orang sehingga larangannya
pun harus dibatasi hanya untuk mereka, sebagaimana halnya
mudarat madu terhadap orang tertentu, demikian juga dengan
israf, bahwa ia hanya untuk orang-orang tertentu saja.
Namun demikian, informasi yang saya peroleh ketika saya
berkunjung ke Yaman pada akhir tahun tujuh puluhan, melalui
penglihatan dan pendengaran saya, bahwa al-qat menimbulkan
dampak sebagai berikut:
1. Harganya sangat mahal. Saya terkejut, saya kira
harganya seperti harga rokok, tetapi ternyata
berkali-kali lipat.
Saya pernah makan siang di rumah seorang tokoh bersama
beberapa orang teman, tiba-tiba datang seorang tamu
dengan membawa ranting-ranting kayu hijau. Para hadirin
memperhatikan bahwa saya melihatnya dengan
terheran-heran, lalu mereka bertanya kepada saya,
"Apakah Anda kenal tumbuh-tumbuhan yang hijau ini?"
Saya jawab, "Tidak." Mereka berkata, "Itu adalah
al-qat." Kemudian saya tanyakan kepada mereka berapa
harga seikat al-qat yang dibawa saudara kita itu, lalu
dia menjawab, "Seratus lima puluh real." Saya tanyakan
lagi, "Seikat itu cukup untuk berapa hari?" Mereka
menjawab, "al-qat itu akan dimakannya setelah makan
siang ini, dan sebelum magrib pasti akan habis."
Saya bertanya, "Apakah pengeluaran untuk al-qat sebesar
ini tidak akan memberatkan keluarganya?" Mereka
menjawab, "Bahkan ada yang lebih dari itu, ada yang
menghabiskan tiga ratus, empat ratus, dan ada yang
lebih banyak lagi."
Saya yakin bahwa yang demikian itu sudah termasuk israf
(berlebih-lebihan), kalau tidak dikatakan mubadzir dan
menghambur-hamburkan harta dengan tiada bermanfaat
untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Apabila kebanyakan ulama menganggap bahwa mengisap
rokok atau tembakau --atau "tutun" menurut istilah
sebagian yang lain-- termasuk israf yang terlarang,
maka memakan al-qat lebih layak lagi tergolong dalam
kategori ini.
2. Bahwa al-qat benar-benar menyita waktu bagi pemakan
atau pengunyahnya. Setiap hari mereka menghabiskan
waktu yang panjang, yaitu setelah zuhur hingga magrib,
padahal menurut kebanyakan orang rentang waktu tersebut
cukup produktif. Maka orang yang mengunyah al-qat ini
menghabiskan waktunya di mulutnya dan menikmati dengan
mulutnya itu, sementara ia abaikan segala sesuatunya
hanya demi mengunyah al-qat ini. Waktu yang dihabiskan
untuk mengunyah al-qat ini tidak sedikit, padahal waktu
atau kesempatan merupakan modal bagi manusia. Apabila
ia menyia-nyiakan waktunya dengan cara seperti ini,
maka benar-benar ia telah menipu dirinya sendiri, dan
tidak dapat menjadikan kehidupannya berbuat sebagaimana
layaknya seorang muslim.
Apabila dilihat dalam skala nasional, maka hal itu
merupakan kerugian umum yang amat buruk, sangat
merugikan produktivitas dan perkembangan ekonomi, dan
menyia-nyiakan potensi masyarakat tanpa alasan yang
positif.
Mudarat ini sudah merupakan fakta yang tidak
diperdebatkan oleh siapa pun, dan sudah terkenal di
kalangan saudara-saudara di Yaman kata-kata mutiara
yang berbunyi: "Bahaya al-qat yang pertama ialah
tersia-siakannya waktu."
3. Saya mendapat informasi dari saudara-saudara yang
menaruh perhatian terhadap masalah ini di Yaman bahwa
sekitar tanah negeri Yaman ditanami dengan al-qat,
yaitu di tanah yang paling subur dan paling bermanfaat,
sementara negara ini mengimpor gandum dan macam-macam
bahan makanan pokok serta sayur-mayur.
Tidak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan kerugian
ekonomi yang besar bagi bangsa Yaman. Saya kira tidak
seorang pun --yang punya kemauan untuk kebaikan dan
masa depan negeri ini-- yang membesar-besarkan masalah
tersebut. Artinya, informasi yang mereka kemukakan itu
bukan mengada-ada dan tidak dibesar-besarkan.4. Penduduk Yaman berselisih pendapat mengenai pengaruh
dan bahaya al-qat terhadap badan dan jiwa. Banyak
diantara mereka yang menganggap tidak membahayakan,
sebagian lagi menganggap bahayanya kecil bila
dibandingkan dengan manfaatnya, dan orang yang telah
mengalaminya sukar untuk tidak mengatakan demikian.
Maka ia tidak dapat menghindar dari hukum dan
kesaksiannya ini.
Tetapi banyak juga orang yang telah sadar, yang
menyatakan bahwa al-qat menimbulkan mudarat yang
bermacam-macam, dan anggapan terdapatnya manfaat pada
al-qat itu tidak ada artinya sama sekali, karena
dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Bahkan
sebagian dokter mengatakan bahwa al-qat merupakan
sarana untuk memindahkan (menularkan) penyakit dan
memiliki dampak yang buruk terhadap kesehatan.
Diantara ulama Yaman yang berbicara secara
terang-terangan untuk mengingatkan bahaya al-qat ini
ialah al-Allamah al-Mushlih Syekh Muhammad Salim
Baihani. Ketika mensyarah sebuah hadits Nabawi yang
berkenaan dengan khamar dan benda-benda memabukkan, di
dalam kitabnya Ishlahul-Mujtama' (Memperbaiki
Masyarakat), beliau mengatakan:
"Disini saya mendapatkan peluang dan kesempatan
yang tepat untuk membicarakan al-qat dan tembakau
(rokok), dan orang yang terkena ujian dengan kedua
hal ini banyak sekali, padahal keduanya merupakan
musibah dan penyakit sosial yang fatal. Meskipun
keduanya tidak memabukkan, tetapi bahayanya hampir
sama dengan bahaya khamar dan judi, karena
keduanya dapat menyia-nyiakan harta, menyita
waktu, dan merusak kesehatan. Selain itu, karena
keduanya dapat melalaikan orang dari melaksanakan
shalat dan kewajiban-kewajiban penting lainnya.
Ada orang yang mengatakan, 'Ini adalah sesuatu
yang didiamkan oleh Allah, dan tidak ada satu pun
dalil yang mengharamkan dan melarangnya.
Sesungguhnya yang halal itu ialah apa yang
dihalalkan oleh Allah dan yang haram itu ialah apa
yang diharamkan oleh Allah, sedangkan Allah telah
berfirman:
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
bumi untuk kamu ..." (al-Baqarah: 29)
"Katakanlah, Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang
diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi
orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir,
atau daging babi ..." (al-An'am: 145)
Apa yang dikatakan oleh pembela al-qat dan tembakau itu
memang benar, tetapi salah penempatannya sebagai dalil. Ia
pura-pura lupa terhadap premis-premis umum yang menunjukkan
wajibnya memelihara kemaslahatan dan haramnya barang-barang
yang buruk serta keharusan menjaga diri agar tidak terjatuh
kedalam mafsadat. Sedangkan sudah dimaklumi bahwa al-qat
sangat berpengaruh terhadap kesehatan badan, dapat
menimbulkan kerusakan gigi, menyebabkan bawasir (ambeien),
merusak lambung, mengurangi nafsu makan, menyebabkan wadi1
melimpah, kadang-kadang merusak sungsum, melemahkan sperma,
menjadikan kurus, menyebabkan lama tidak berak, dan
bermacam-macam penyakit. Dan anak-anak pemakan al-qat itu
biasanya tubuhnya lemah, badannya kecil, pendek
perawakannya, kurang darah, dan ditimpa bermacam-macam
penyakit.
Jika Anda ingin tahu bencananya bencana
Lihatlah mabuk kepayangnya mengunyah al-qat
Al-qat membunuh segala kemampuan dan kekuatan
Melahirkan kesusahan dan kekecewaan
Al-qat adalah ide beracun
Melemparkan jiwa kepada bencana paling buruk
Ia meluncur kedalam perut sebagai penyakit berbahaya
Menjadikan urat saraf mengalami benturan
Ia membiarkan akal berkelana dalam kebingungan
Menyuguhinya gelas kecelakaan yang tinggi
Membunuh semangat generasi muda
Melelehkan segala kemauan dan kemantapan hati
Menyita usia dan menguras harta
Menyuguhinya bermacam siksa dan bencana
Ia membunuh semangat dan keperwiraan
Ia menghapus keceriaan dari wajah
Jika Anda lihat wajah penggemar al-qat
Akan terlihat pucat seperti mayat
Begitulah keadaan pecandu al-qat, selain dirampasnya pula
apa yang dibutuhkan oleh keluarganya. Seandainya uangnya
dipergunakan untuk membeli mahanan yang baik-baik dan
membiayai pendidikan anak-anaknya, atau disedekahkan di
jalan Allah, sudah barang tentu hal itu lebih baik baginya.
Dan tepatlah apa yang dikatakan seorang pujangga:
"Kuingin meninggalkan al-qat
Untuk menjaga wibawa dan waktuku tiada tersia-sia
Dulu aku pembela al-qat yang berbahaya ini
Selama masa yang panjang dengan bersuara lantang
Ketika tampak terang bahaya dan hakikatnya
Aku pun segera menentang dan melawannya
Tabiat kering, berselimut dingin
Saudara kematian, perampas kemuliaan
Harga pembeli al-qat dalam pandangan penghuni pasar
Seperti harga al-qat yang diperjualbelikan."
Mereka biasa berkumpul untuk memakannya sejak tengah hari
hingga terbenam matahari. Kadang-kadang pertemuan itu
diteruskan hingga tengah malam sambil memakan al-qat,
membuat-buat kebohongan terhadap kekurangan orang ketiga
yang tiada di hadapan mereka, tenggelam mempercakapkan
kebatilan dan membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
Sebagian mereka beranggapan bahwa cara begitu dapat membantu
mereka untuk melaksanakan shalat malam, dan al-qat merupakan
makanan orang-orang saleh, bahkan mereka berkata, 'Al-qat
dibawa oleh Nabi Khidhir dari bukit Qaf kepada Raja
Dzulqarnain.' Untuk hal ini mereka reka hikayat dan dongeng
yang sangat banyak jumlahnya. Bahkan diantara mereka ada
yang menjunjung tinggi kelebihan al-qat dengan mengatakan:
"Jernih dan bagus waktu dengan memakan al-qat
Makanlah ia untuk dunia dan akhirat yang Anda kehendaki
Untuk menolak kemelaratan dan menarik kemudahan."
Disamping itu, ada pula orang-orang tua yang menghaluskan
al-qat dengan gigi gerahamnya, didengarnya suaranya,
kemudian dikunyahnya dan dihisap airnya. Ada pula yang
mengeringkannya dan dibawanya kemana saja mereka pergi. Bagi
orang yang belum mengetahui al-qat, apabila melihat ulah
mereka ini, pasti ia menertawakannya. Ada seorang Mesir yang
menyindir orang-orang Yaman dengan kasidahnya:
"Wahai tawanan-tawanan al-qat
Janganlah Anda menganiaya orang
Yang memandang al-qat bukan obat mujarab."
Adapun tembakau, maka bahaya dan musibahnya lebih besar
lagi. Ia tidak jauh dari khabaits (benda-benda buruk atau
kotor) yang dilarang Allah. Andaikata pada tembakau itu
tidak terdapat keburukan selain dari apa yang dibenarkan
oleh ilmu kesehatan, maka hal itu sudah cukup menjadi alasan
untuk menjauhi dan menghindarinva. Beberapa golongan kaum
muslim ada yang berlebih-lebihan dalam menghukuminya
sehingga mereka samakan dengan khamar dan mereka perangi
dengan segala cara bahkan pengisapnya mereka sebut fasik,
sebagaimana di pihak lain mempergunakannya secara
berlebih-lebihan hingga melampaui batas.
Tembakau adalah pohon yang buruk yang masuk ke negara-negara
kaum muslim pada sekitar tahun 1012 H, kemudian menyebar ke
seluruh negeri dan dipergunakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Maka di antara mereka ada yang memilihnya
menjadi rokok, dan menyalakannya, ada juga yang meminumnya
dengan dicampur kelapa. Tembakau atau rokok ini
terus-menerus dipergunakan di seluruh negeri Yaman, sehingga
menjadi perhiasan majelis-majelis dan jamuan di rumah-rumah,
selalu dibawa oleh para perokok baik di rumah maupun pada
waktu bepergian, dan mereka sanjung dan puja dengan
nyanyian-nyanyian, diantaranya ada yang membuat lirik yang
berbunyi:
"Ia kawanku yang abadi
Ia menemaniku kala aku sendiri
Anda berkata dalam dendang merdu
Wahai sobat, ambillah aku dengan sesuatu ..."
Lebih buruk lagi ialah orang yang mengunyah tembakau dan
dicampurnya dengan benda-benda lain, lalu ditumbuk, lantas
ditaruh di antara kedua bibir dan giginya yang disebut
susur, dan pengunyahnya biasa meludah di sembarang tempat,
yang ludahnya menjijikkan dan kotor, bahkan terkadang
seperti kotoran ayam.
Bermacam-macam ide yang muncul dari penggemar tembakau itu,
ada yang menuangkannya ke dalam hidungnya setelah ditumbuk
dan dilumatkan untuk mempengaruhi otak atau pikiran,
pendengaran, dan penglihatannya. Kemudian terus-menerus
bersin dan mengeluarkan ingus, lantas diusap dengan
tangannya, dengan saputangannya, atau dibuang di lantai di
hadapan para peserta pertemuan
Saya pernah mendapat informasi dari salah seorang teman
tentang kerabatnya yang suka menggunakan tetes hidung dari
tembakau bahwa ketika orang itu meninggal dunia, ia
dibiarkan selama tiga jam, sebab hidungnya terus
mengeluarkan kotoran.
Seandainya manusia mencukupkan diri dengan apa yang menjadi
kebutuhan yang pokok-pokok saja dalam kehidupan ini niscaya
mereka akan dapat terbebas dari beban dan nafkah yang berat,
dan tidak akan menghadapkan dirinya kepada hal-hal yang
buruk seperti ini.
Saya tidak menggiyaskan haramnya al-qat dan tembakau dengan
khamar beserta akibat dan risikonya di akhirat. Tetapi saya
hanya mengatakan bahwa al-qat dan tembakau ini mendekati
khamar. Dan segala sesuatu yang membahayakan atau merusak
kesehatan manusia, baik pada tubuhnya, akalnya, maupun
hartanya, maka dia adalah haram. Dan kebaikan itu ialah apa
yang menenangkan jiwa dan menenteramkan hati; sedangkan dosa
adalah yang mengacaukan jiwa dan mengguncangkan dada,
meskipun orang-orang memberikan petuah dan argumentasi
begini dan begitu kepadamu.2
Semoga Allah memberi rahmat kepada Syekh al-Baihani. Beliau
telah mengemukakan pendapat yang bagus dan berguna.
Catatan kaki:
1 Yaitu cairan putih kental yang keluar mengiringi
kencing. Lihat, Fiqhus-Sunnah, karya Sayid Sabiq,
juz 1, hlm. 24 (Penj.).
2 Dikutip dari Ishlahul-Mujtama', al-Baihani, hlm. 406-408.
-----------------------
Fatwa-fatwa Kontemporer
Dr. Yusuf Qardhawi
Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No. 84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388
ISBN 979-561-276-X