Perbedaan Hari Raya

Mengapa sering terjadi perbedaan jatuhnya Hari Raya, baik Idul Fitri/Idul Adha ?

Perbedaan terjadi karena perbedaan metode penentuan awal bulan

  1. Metode Ru'yat
    Dalam metode ini penentuan awal bulan harus melalui ru'yatul hilal (penglihatan bulan baru) dengan mata/alat secara langsung (bilfi'li) pada tanggal 29 sore (menjelang maghrib). Jika ternyata hilal/bulan baru tersebut tidak berhasil dilihat, maka bulan tersebut disempurnakan (istikmal) menjadi tanggal 30. Artinya belum masuk bulan baru, meski hasil hisab menunjukkan hilal di atas ufuk/horison/cakrawala ketika matahari tenggelam.
    Dasar : HR Bukhari Muslim, tentang ru'yat menentukan awal puasa, jika tidak berhasil/tertutup, disempurnakan harinya menjadi 30.
  2. Metode Hisab
    Dalam metode ini penentuan awal bulan cukup menggunakan hasil perhitungan hisab/ilmu falak/astronomi. Jika hasil hisab menunjukkan hilal di atas ufuk ketika matahari tenggelam, maka hari berikutnya sudah masuk tanggal satu. Walaupun hasil ru'yat tidak berhasil melihat bulan baru tersebut.
    Dasar : Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. 55:5), dan lain-lain ayat ttg. fungsi bulan sebagai perhitungan

Jadi, hari raya akan bersamaan jika hasil hisab sesuai dengan ru'yat, tetapi jika berbeda pasti akan terjadi perbedaan hari raya

Idul Adha 1420 H

Penentuan awal bulan ini dilakukan pada tanggal 29 Dzulqaidah, menunjukkan :
- Hilal di atas ufuk 1,5 - 3 derajat di atas ufuk
Tetapi hasil ru'yat tidak berhasil melihat bulan baru, sehingga :

Pemerintah/Depag menentukan besoknya tanggal 1 Dzulhijah, karena posisi hilal sudah imkan ru'yat (mungkin diru'yat) meski hasil ru'yat tidak berhasil, sehingga idul Adha jatuh pada tanggal 16 Maret 2000
PBNU memutuskan menyempurnakan bulan Dzulqaidah 30 hari, sehingga idul Adha jatuh pada tanggal 17 Maret 2000