Mazhab Shafii:
Mazhab Shafii dan mazhab jemhul ulama mengatakan
membaca Fatihah itu wajib atas imam, makmum dan orang yang
sembahayang seorang diri.
Mereka berdalil dengan hadis Nabi saw., "Man shalla shalatan lam yaqra' fiha biummil Qur'an fahiya khidaajun, ghairu tamamin (Siapa yang sembahayang tidak membaca Fatihah (Ummul Quran) maka sembahayang itu kurang, tidak sempurna).
Juga yang disebut dalam Bukhari - Muslim dari Ubadah
bin Shamit r.a. Nabi saw. bersabda:
Laa shalaata linan lam yaqra' bifati Hatil kitab.
(Tidak sah sembahayang orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab
(Fatihah).
Juga hadis Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Laa tujzi'u shalatun laa yuqra'u fiiha bi'ummil qur'an.
(Tidak sah sembahayang orang yang tidak membaca Ummul Quran
(iaitu fatihah)).
Imam Syafii menetapkan wajib pada tiap rakaat. Al-Hasan dan ulama Basrah berpendapat yang wajib hanya dalam satu rakaat, mengambil dari mutlaknya kalimat dalam hadis tersebut.
Pendapat Abu Hanifah dan kawan-kawannya
Berpendapat tidak harus Fatihah, bahkan bila dapat membaca ayat
yang mana saja sah sembahayangnya, mereka berdalil dengan
al-Muzzammil Ayat 20,
Faqra'u maa tayassara minal Quran (al-Muzzammil).
Bacalah mana yang ringan dari al-Quran. (al-Muzzammil 20).
Dan hadis Bukhari, Muslim mengenai orang yang salah dalam
sembahyangnya, lalu oleh Nabi
saw. ditegur, "Idza qumta ilas shalati fakabbir tsumma iqra' ma
tayassara ma'aka minal Quran (Jika anda berdiri untuk sembahayang
maka takbirlah kemudian bacalah seringannya dari ayat
al-Quran.)
Karena dalam ajaran ini tidak menetapkan bacaan Fatihah
atau lainnya, maka demikianlah pendapat kami.
Pada hadis tersebut ulama Shafii dianggungkan dan ditakwilkan dengan maksud yang seringnannya dari ayat al-Quran itu ialah Al-Fatihah. Ini kerana adalah barang yang mudah dari al-Quran dan pada kebiasaannya semua orang tahu membaca Al-Fatihah, atau suruhan membaca mana-mana yang mudah (ringan) dari al-Quran ialah bagi yang tidak tahu membaca Al-Fatihah, atau suruhan membaca ayat yang lain sesudah Al-Fatihah.
Wajib atas makmum sebagaimana imamnya berdasarkan pengertian umum dari hadis di atas. Ini adalah pendapat di dalam mazhab Shafii.
Pendapat kedua:
Makmum tidak wajib apa-apa berdasarkan hadis yang
diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari Jabir r.a. Nabi
saw. bersabda:
Siapa yang mempunyai imam maka bacaan imam itu juga
sebagai bacaannya. (Hadis ini sanadnya da'if).
Pendapat ketiga:
Makmum wajib membaca dalam bagian rakaat yang sirri
(bacaan imam perlahan-lahan), dan tidak wajib dalam bacaan
imam yang jahri (keras) berdasarkan hadis riwayat Abu Musa
al-Asy'ari r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:
Sesungguhnya diadakan imam untuk diikuti, maka jika ia
takbir, takbirlah kalian, dan jika ia membaca maka dengarkanlah
dengan perhatian.
(HR. Muslim).
Dan sunat bagi siapa yang membaca Fatihah pada akhirnya membaca "Amin". Yang berarti, "Ya Allah terimalah".
Abu Hurairah r.a. mengatakan, Nabi saw. bersabda, "Jika Imam membaca Amin maka sambutlah (bacalah) amin, maka sesungguhnya siapa yang bertepatan bacaan aminnya dengan aminnya para Malaikat maka diampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu". (HR. Bukhari, Muslim).