Indahnya Keislaman Versi Nahdhatul Ulama
Oleh :Warsono

Pengantar
Meski NU mayoritas di Indonesia, tapi kayaknya under-representative di forum ini (MyQuran, internet) , sebaliknya Salafi yang sedikit tapi begitu menguasai forum ini... Sebagai penyeimbang dari versi Islam yang kerjaanya nyalahin orang, suka bid'ahin, ngafirin, terlalu serius, jihaad terus, -- dengan mohon maaf kepada yang NU --, saya ingin menampilkan versi Islam NU yang sejuk, menyenangkan dan penuh warna.

Tanpa bermaksud menerangkan dasar-dasarnya, berikut kebiasaan indah yang sering terjadi di kalangan NU, yang saya ketahui...

Shalawat, cerita dan nyanyian
Shalawat Nabi SAW dan keluarganya, sebagai bentuk penghormatan dan cinta kepada Nabi SAW, menjadi ciri khas dari seluruh kehidupan NU. Di masjid-2, di rumah2, kumandang shalawat tidak pernah ketinggalan. Ketika anak mau dikasih nama, pernikahan, pindahan rumah, dll. shalawat Nabi berkumandang dengan semangat. Ketika rapat sedang seru-serunya, untuk mendinginkan masa biasanya orang diminta untuk membaca shalawat.

Di antara shalawat yang paling terkenal adalah shalawat badar.

Shalatullah salamullah, 'ala Thaha Rasulillah
Shalatullah salamullah, 'ala Yasin Habibillah


Semoga shalawat dan salam selalu kepada Thaaha, Rasulullah
Semoga shalawat dan salam selalu kepada Yasin, Kekasih Allah
(Thaha dan Yaasin adalah gelar untuk Rasulullah)

Tawasalna bibismillah, wa bilhadi Rasulillah,
wa kulli mujahidin lillah, bi ahli badri, ya Allah


Kami bertawasul* dengan bismillah, petunjuk Rasulillah,
dan dengan seluruh mujahidin Badar, ya Allah

Ilahi sallimil ummah, minal afaati wa niqmah )
wa min hammin wa min ghummah, bi ahli badri, ya Allah


Tuhanku, selamatkanlah umat ini, dari derita dan bencana
dan dari belenggu serta kebekuan, dengan* ahli Badar ya Allah

Ilahi-ghfir wa akrimna, binaili mathalibi minna
Wa daf'i masaa-atin 'anna, bi ahli badri, ya Allah


Tuhanku, ampuni dan muliakan kami, dengan dikabulkannya permohonan kami,
dan dijauhkannya kami dari tragedi yang memilukan, demi ahli Badar ya Allah

(* Shalawat ini merupakan bentuk doa tawasul, apa itu tawasul merupakan tema panjang tersendiri)

Selain shalawat, nyanyian-nyanyian agama , biasa dinyanyikan di masjid-masjid sambil menunggu kegiatan utama. Isinya berisi nasihat-nasihat agama(biasanya dalam bahasa daerah, jawa misalnya), hapalan-hapan ajaran Islam (seperti sifat wajib Allah, rukun Islam, asmaul husna). Nyanyian-nyanyian agama ini dalam bahasa jawa disebut puji-pujian, karena isinya banyak memuji Allah. Seiring kuatnya gerakan modernisasi, sekarang mulai jarang dinyanyikan lagu-lagu agama ini. Sebagai gantinya anak-anak bermain, ngobrol tentang power ranger...

Selain itu cerita-cerita agama, baik nyata maupun fiksi, sangat mewarnai pengajian-pengajian NU, kebanyakan lucu-lucu. Seperti humor-humor sufi misalnya.

Penghormatan kepada Ulama
Ulama, sebagai panutan umat, mendapat penghormatan yang tinggi di kalangan NU. Mereka bukan hanya tempat untuk menimba ilmu, tetapi juga tempat untuk diminta nasihatnya, diminta doanya, juga kadang diminta barakahnya (bagi sebagian orang ini dianggap syirk). Di kalangan NU, kebiasaan mencium tangan ulama, sebagai penghormatan sebagaimana juga kepada orang tua, menjadi semacam kesopanan (courtesy). Di masa lalu, bahkan untuk memberi nama sering meminta nasihat dulu dari para ulama.
 

Note:
Perlu diketahui orang-orang NU itu sangat "rendah hati" dalam hal ilmu, sangat jarang mereka berani berijtihad dalam masalah agama meski mereka mungkin banyak yang jauh lebih bisa baca kitab-kitab berbahasa Arab bahkan yang gundul. Mereka selalu akan selalu merujuk kepada pendapat guru atau kitab rujukan. Barangkali agak berbeda dengan temen2 modernis yang sudah maju. Banyak yang sudah bisa menilai keislaman orang lain meski hanya membaca beberapa buku.

Kebanyakan orang awam NU, memang memposisikan diri sebagai muqalid. Yaitu orang yang mengikuti pendapat kyai secara mutlak, karena mereka memang memahami mereka belum banyak belajar yang mendalam tentang agama. Tetapi mereka selalu belajar dari guru mereka.

Penghormatan mereka bukanlah untuk memuja, tetapi sebagai penghormatan dan terima kasih atas ilmu2 yang diberikan para kyai. Seperti bentuk penghormatan dan terima kasih kita kepada orang tua kita. Saya selalu mencium tangan kalau ketemu orang tua saya, meski pendidikan saya di atas orang tua saya. Saya tidak bermaksud memuja sama sekali. Itu sebagai perbandingan.

Sesuai namanya NU (kebangkitan para ulama), kedudukan ulama mendapat kedudukan yang tinggi, karena "ulama adalah pewaris para Nabi". Namun hal ini bukan berarti para ulama itu tinggi hati, saya kenal benar, para ulama itu biasa saling kunjung, dan minta didoakan di antara mereka. Saya punya guru NU di sebuah kampung kecil di Salatiga, seorang petani dan kyai pengasuh pesantren kecil yang sangat sederhana dan tawadlu. Beliau biasa jauh-jauh mengunjungi ulama-ulama lain, untuk bersilaturhami, bertukar pikiran, dan minta saling didoakan. Juga adalah kebiasaan para kyai, untuk saling mengirimkan anaknya ke pesantren-pesantren lain untuk menimba ilmu. Sehingga hal biasa seorang anak kyai belajar ke beberapa pesantren. Juga kebiasaan di kalangan NU untuk mendahulukan kyai-kyai "sepuh" dan berbagi-bagi tugas dalam kegiatan yang banyak kyainya, misalnya kyai satu memimpin doa, yang lainya memimpin membaca shalawat dan lain-lain.

Menyelami Keagungan Tasauf
Salah satu lautan ilmu di kalangan NU, yang mungkin tidak terdapat di kalangan Salaf, adalah tasauf. Jika ingin mendalami tasauf salah satu tempatnya ya di NU itu, mereka sangat akrab dengan kajian-kajian Al-Gazali, Fushush al-Hikamnya Abdul Qadir jailani, Al-Junaidi dan lain-lain. Di sini dipelajari aspek-aspek rohani dan tangga-tanga menuju kedekatan ALLAH.

Dengan Aqidah (kalangan NU menggunakan Aqidah As'ariah), kita mengetahui keyakinan yang benar, itulah Iman. Dengan Fiqh (kalangan NU menggunakan 4 mazhab, namun utamanya Syafi'i) kita mengetahui cara beribadah yang benar, itulah Islam. Dan dengan Tasauf (terutama Al-Ghazali, Al-Junaid, Al-Jailani, Abu Yazid Al Bustami), kita mengetahui aspek kerohanian, hati, dan tangga-tangga kedekatan dengan Allah SWT, itulah aspek Ihsan.
 
Ramainya Majelis Dzikr
Majelis Dzikr di kalangan NU sungguh beraneka ragam. Ada majelis untuk shalawatan, majelis yasinan, majelis manaqiban, kadang istighosah, dan lain-lain. Di antara majelis dzikr itu ada juga dalam bentuk tarekat, tetapi kebanyakan tidak. Tarekat dalam NU tergabung dalam Jami'ah Tarikah Mu'tabarah, di antanya yang terkenal adalah Tarikah Naqshabandiyah-Qadiriah pimpinan Abah Anom di Suryalaya. Di Kalsel salah satu kelompok pengajian yang sangat ramai adalah majelis dzikir pimpinan Guru Zaini Abdul Zaini (Guru Ijai, guru = kyai di P Jawa). Tarikah ini sangat dekat hubungannya dengan tasauf.

Majelis Dzikr, selain diadakan secara rutin misalnya di Masjid atau pesantren, juga sering diadakan di rumah-rumah. Umumnya dilakukan jika kita punya hajat, misalnya mau pindahan rumah, anaknya mau sekolah di luar daerah/negeri, mau naik haji, mau menikahkan anak. Bentuknya bisa dalam bentuk membaca shalawat, kemudian dilanjutkan dengan doa, dipimpin oleh kyai, atau yang dituakan. Kadang diselingi dengan pengajian.

(bersambung)