KIMIA KEBAHAGIAAN
[1.Pendahuluan ] [ 2. Kunci Mengenal Allah ] [3.Pembukaan Hati Ke Alam Ghaib ] [4.Mengenal Allah SWT ] [5.Mengenal Dunia ] [6.Mengenal Akhirat ][7.Neraka Keruhanian ] [8.Berkenaan Muzik & Tarian ] [9.Memeriksa Diri Sendiri & Mengingat Allah ] [10. Perkawinan ] [11.Cinta kepada Allah ] [12.Memandang Allah ] [13.Tanda Cinta Kepada Allah]
MENGENAL AKHIRAT Semua orang-orang yang percaya dengan Al-Qur'an dan Hadis mengetahui tentang kebahagiaan di Surga dan keazaban di Neraka yang akan dirasai di Akhirat kelak. Tetapi banyak orang yang tidak mengetahui adanya Surga dan Neraka Ruhaniah. Berkenaan Surga Ruhaniah ini, Allah pernah berfirman kepada Nabinya;
"mata tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar, dan hati tidak pernah berfikir tentang perkara-perkara yang disediakan bagi orang-orang yang sholeh."
Dalam hati orang-orang yang diberi Nur (cahaya) oleh Allah s.w.t, ada satu pintu yang terbuka menghadap kepada hakikat-hakikat Alam Keruhaniaan, dan dengan itu ia tahu rasa pengalaman sebenarnya, bukan omong-omong kosong saja atau kepercayaan yang turun-menurun, berkenaan apa yang mendatangkan kerusakan dan apa yng mendatangkan kebahagiaan dalam Jiwa (ruh) sebagaimana terang dan pastinya doktor-doktor mengetahui apa yang menyebabkan sakit dan apa yang menyebabkan kesehatan pada badan. Dia tahu bahwa mengenal Allah dan ibadat itu adalah obat penawar; dan jahat serta dosa itu adalah racun bisa kepada ruh.
Banyak orang, bahkan orang-orang "Alim", oleh karena membabi buta menurut pendapat-pendapat orang lain, tidak yakin sebenarnya dalam kepercayaan mereka berkenaan kebahagiaan dan azab ruh di Akhirat nanti. Tetapi orang yang penuh keyakinan tanpa diganggui oleh perasangka akan mencapai keyakinan penuh dalam hal ini.
Manusia ada dua jiwa (Ruh) yaitu Ruh Kehewanan dan Ruh Insan (Ruh Keruhanian). Ruh Keruhanian ini adalah tabiatnya bersifat malaikat. Tempat duduk Ruh kehewanan ialah hati. Dari hati itu ruh ini keluar seperti uap halus dan meliputi semua anggota badan, yang memberi dan penglihatan kepada mata, dia mendengar kepada telinga, dan dia pada tiap-tiap anggota yang lain untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Ruh ini bolehlah diibaratkan sebagai lampu rumah dalam sebuah rumah. Cahayanya menyinari dinding rumah itu. Hati itu ibarat sumbu lampu tersebut. Apabila minyak terputus karena sebab-sebab tertentu, maka padamlah lampu itu. Demikianlah juga matinya ruh binatang (ruh kehewanan) itu.
Berlainan dengan Ruh Keruhanian. Ruh Keruhanian itu tidak boleh dipecah-pecah atau dibagikan-bagikan. Dengan ruh inilah manusia mengenal Tuhannya. Bolehlah dikatakan bahwa Ruh Keruhanian ini adalah penunggang ruh kehewanan itu. Meskipun Ruh kehewanan mati dan hancur binasa, namun Ruh Keruhanian itu tetap hidup dan tidak binasa. Ruh keruhanian ini ibarat penunggang yang telah turun dari kudanya atau ibarat pemburu yang telah hilang senjatanya, apabila seseorang itu meninggal dunia. Kuda dan senjata itu diberi kepada ruh manusia itu supaya dengan itu ia dapat memburu dan menangkap Cinta dan Makrifat kepada Allah. Jika buruan tadi telah ditangkap, maka tidaklah ada sesal dan duka lagi. Sebaliknya suka dan puas hatilah ia dan dapatlah ia meletakkan senjata dan kuda keletihan itu ke tepi Berhubung dengan hal ini, Nabi pernah dan bersabda,
"Mati itu adalah hadiah Allah kepada orang-orang mukmin."
Tetapi sayang sekali, seribu kali sayang bagi ruh yang kehilangan kuda dan senjata sebelum ia dapat menangkap barang buruan itu. Tidaklah terkira lagi sesal dan dukanya.
Kita akan terangkan lebih lanjut bagaimana berbedanya Ruh Insan atau Ruh Keruhanian itu dari badan dan anggotanya. Anggota badan mungkin lumpuh dan tidak berkerja lagi. Tetapi ruh tidak rusak apa-apa. Begitu juga badan sekarang ini, tidak lagi badan kita semasa bayi dahulu, bahkan berbeda langsung. Tetapi keperibadian kita sekarang adalah serupa dengan keperibadian kita di masa bayi dahulu. Nampaklah kepada kita betapa kekalnya ruh itu meskipun badan telah hancur binasa. Ruh ini kekal bersama dengan sifat-sifatnya yang tidak bersangkutan dengan badan seperti Cinta kepada Allah dan Makrifat Allah. Inilah maksud Al-Quran,
"Perkara yang baik itu kekal".
Tetapi jika kita meninggal dunia tidak membawa ilmu atau pengenalan tentang Allah (makrifat) dan sebaliknya mati dalam Jahil tentang Allah, di mana Jahil itu adalah satu dari sifat penting juga, maka teruslah kita dalam kegelapan ruh dan azab sengsara. Sebab itu Al-Quran ada menyatakan:
"Siapa yang buta didunia ini akan buta juga di Akhirat, bahkan bertambah sesat lagi."(Al-Israil:72)
Sebab Ruh lnsan kembali ke Alam Tinggi itu ialah karena asalnya di sana dan tabiatnya bersifat kemalaikatan. Ruh Insan itu dihantar ke alam rendah atau dunia ini, berlawanan dengan kehendaknya, dengan tujuan mencari pengetahuan dan pengalaman, seperti firman Allah dalam Al-Qur'an;
"Pergilah kamu dari(Jannah) ini, kemudian jika datang kepada kamu satu petunjuk daripadaKu, maka barang siapa yang turut petunjuk itu, tidaklah ia ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka dukacita".
dan firman Allah lagi;
"Aku hembuskan pada manusia RuhKu"(Al-Hijr:29)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tempat asal Ruh Insan itu ialah dari Alam Tinggi sana.
Kesehatan Ruh Kehewanan atas keseimbangan bagian-bagian. Apabila keseimbangan ini telah cacat, maka dapat diperbaiki dengan obat-obat yang sesuai. Maka begitu jugalah kesehatan Ruh Insan; ia terdiri adakeseimbangan akhlak. Keseimbangan akhlak ini dipelihara dan diperbaiki. Dengan arahan-arahan kesusilaan(akhlak) dan ajaran akhlak.
Berkenaan wujudnya Ruh Insan ini di akhirat kelak, maka kita telah tahu bahwa Ruh Insan itu adalah tidak terikat kepada badan. Segala bantahan terhadap wujudnya ruh ini selepas mati adalah berdasarkan pada prasangka, ia terpaksa mendapatkan semula badannya yang di dunia dulu yang telah hancur menjadi tanah. Setengah orang menyangka Ruh Insan itu binasa setelah mati, kemudian diwujudkan dan dihidupkan semula. Tetapi ini adalah berlawanan dengan Akal dan juga Al-Qur'an. Akal membuktikan bahwa mati itu tidak membinasakan hakikat seseorang itu dan Al-Qur'an mengatakan;
"Janganlah kamu berkira-kira bahwa orang-orang yang mati(gugur) di jalan Allah mati, bahkan mereka itu hidup di sisi TuhanNya dengan mendapat rezeki" (Al-Imran:169)
Tidak ada satu perkataan pun tersebut dalam hukum berkenaan orang-orang yang mati itu telah binasa, sama ada orang itu baik atau jahat, bahkan Nabi SAW. pernah bertanya kepada Ruh orang-orang kafir yang terbunuh, apakah mereka telah menjumpai hukum yang baginda katakan kepada mereka itu, benar atau bohong. Apabila sahabat-sahabat Nabi bertanya kepada baginda apakah faedahnya bertanya kepada mereka yang telah mati, baginda menjawab;
"Mereka mendengar kata-kataku lebih jelas dari kamu mendengarnya".
Ada juga orang-orang Sufi yang dibukakan hijab bagi mereka. Maka nampaklah oleh mereka syurga dan neraka, dalam keadaan mereka itu tidak sadar diri. Setelah mereka sedar semula, muka mereka menunjukkan apa yang mereka lihat itu, apakah syurga atau neraka. Jika muka mereka menunjukkan tanda-tanda gembira dan senang, maka itulah tanda mereka telah melihat syurga. Jika mereka seperti orang ketakutan dan cemas, itulah tanda mereka melihat neraka. Tetapi pandangan seperti ini tidaklah perlu untuk membuktikan apa yang akan terjadi itu kepada tiap-tiap orang yang berfikir, yaitu apabila mati telah melepaskan inderanya pergi dan segalanya hilang kecuali peribadinya saja yang tinggal dan jika semasa di dunia ini ia sangat terikat kepada benda yang dipandang oleh indera saja seperti isteri, anak, harta-benda, tanah, uang ringgit, dan sebagainya, maka tentu sekali ia akan terazab apabila semua itu telah hilang darinya.
Sebaliknya jika ia semampunya memalingkan mukanya dari segala benda di dunia dan menumpukan Cinta kepada Allah Taala, maka jadilah mati itu sebagai cara melepaskan diri dari tanggapan dan kaitan dunia, dan teruslah ia berpadu dengan Allah yang diCintainya. Sebab itulah Nabi SAW. pernah bersabda,
"Mati itu ialah jaminan yang menyambungkan sahabat dengan sahabat".
dan sabda beliau lagi;
"Dunia ini syurga bagi orang kafir, tetapi penjara bagi orang mukmin".
Sebaliknya pula, Azab sengsara yang dirasai oleh Ruh itu setelah mati adalah berpuncak dari terlalu kasih kepada dunia. Nabi pernah mengatakan bahwa tiap-tiap orang kafir setelah mati akan diazab oleh 99 ekor ular. Tiap-tiap seekor ada sembilan kepala. Ada juga orang yang bodoh. Mereka menggali kubur orang kafir dan melihat tidakpun ada ular di situ. Mereka tidak sedar bahwa ular itu berada dalam Ruh si Kafir dan ular itu telah ada di situ bahkan sebelum ia mati lagi, kerena ular itu adalah sebenarnya sifat-sifat jahat mereka sendiri. Diperlambangkan yaitu sifat-sifat dengki, benci, menafiq, sombong, penipu dan lain-lain. Semua itu secara langsung atau tidak langsung adalah karena terlampau Kasih Kepada Dunia. Itulah akibat mereka yang digambarkan oleh Al-Qur'an dengan; "Menumpukan hati mereka kepada dunia ini dan tidak ke akhirat".
Jika ular itu perkara di luar diri mereka, bolehlah mereka lepas dari siksaan itu barang sebentar, tetapi sebenarnya ular itu ialah sifat-sifat mereka sendiri. Bagaimana mereka hendak melepaskan diri???.
Kita ibaratkan demikian; Katalah seorang yang menjual hamba perempuan tanpa mengetahui bagaimana kasihnya ia kepada si hamba itu hinggalah hamba itu telah jauh darinya. Lama kelamaan, cintanya itu bertambah hebat dan kuat benar hingga mahulah ia menyiksa dirinya. Cinta itu menyiksanya seperti seekor ular yang telah menggigitnya hingga pengsan, dan kemudian cuba menghumbankan dirinya ke dalam api atau terjun ke air untuk lari dari siksaan itu. Demikianlah misalnya akibat kasih kepada dunia dan bagi mereka yang ada berperasaan itu selalu, tidak sedar hinggalah ia meninggal dunia. Maka kemudian itu siksaan rindu dam berahi yang sia-sia bertambah hebat hingga ia lebih suka menukarkannya dengan berapa banyak pun ular dan kala.
Oleh itu, tiap-tiap orang berbuat dosa membawa bersamanya ke akhirat alat-alat penyiksaannya sendiri. Al-qur'an ada menerangkan;
"Sesunguhnya kamu akan melihat Neraka; kamu akan melihatnya dengan mata yang yakin". (Al-Takatsur:07)
dan firman Allah Taala lagi;
"Neraka Jahanam meliputi orang-orang Kafir" (Al-Taubah:49)
Dia(Allah) tidak berkata; "Akan meliputi mereka". karena liputan itu telah pun ada sekarang juga.
Mungkin ada orang yang membantah; "Jika demikian keadaannya, siapakah yang akan dapat melepaskan diri dari neraka, karena sedikit sebanyak manusia itu pasti ada neraka di dunia?
Ikutilah jawapan yang menarik yang juga akan menyentuh perbincangan mengenai
"Neraka Keruhanian"